Cerpen_Dea Muldtyah (Kelas 9E)
Waktunya berangkat sekolah di bulan Ramadan, bulan yang suci dan penuh ampunan. Aku bersama temanku pergi ke sekolah untuk melaksanakan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Tidak lupa, kami juga akan melaksanakan salat Dhuha berjamaah.
Aku dan temanku berangkat sekolah dengan penuh semangat. Matahari bersinar cerah, menemani langkah kami. Tas gendong setia berada di pundakku, menjadi teman perjalanan setiap hari.
Salat Dhuha akan segera dimulai. Para siswa-siswi berwudu dengan tertib tanpa ada kerusuhan apa pun. Namun, ketika aku dan temanku hendak berwudu, ternyata air di keran tidak mengalir. Mungkin penjaga sekolah belum menyalakannya.
“Kita wudu di luar saja, ya?” usul temanku.
Akhirnya, kami mencari tempat lain untuk berwudu. Setelah selesai, kami kembali ke mushola untuk mengambil mukena yang tadi sudah ditaruh. Namun, tiba-tiba…
“Eh, kok mukenaku hilang?” Aku panik melihat tempat mukenaku kosong.
“Dea, mukenamu di mana?” tanya temanku, ikut kebingungan.
Padahal tadi aku yakin menaruhnya di situ. Aku dan temanku mencari ke sekeliling mushola. Setelah beberapa saat, kami akhirnya menemukan mukenaku di tangan seorang adik kelas.
“Dek, maaf, itu mukena punya Teteh,” kataku dengan sopan.
“Oh, iya, Teh. Maaf ya, saya kira ini mukena mushola,” jawab adik kelas itu dengan wajah menyesal.
Aku tersenyum lega. “Alhamdulillah, akhirnya ketemu.”
Setelah kejadian itu, aku bergumam, “Aku trauma bawa mukena dari rumah…”
“Kenapa?” tanya temanku.
“Takut diambil lagi,” jawabku setengah bercanda.
“Hahaha…!” Temanku tertawa mendengar jawabanku.
Setelah kejadian yang cukup menegangkan itu, salat Dhuha pun dimulai. Para siswa-siswi melaksanakan salat berjamaah dengan tertib. Ada yang khusyuk, ada pula yang masih tersenyum geli, mungkin mengingat kejadian tadi.
Selesai salat, aku dan temanku kembali tertawa mengingat mukenaku yang sempat “hilang”. Kami pun menceritakan kejadian itu kepada teman-teman lain.
Pesan Moral:
Kita tidak perlu risau jika hak kita diambil orang lain, karena Allah pasti akan mengembalikannya dalam bentuk yang sama atau bahkan lebih baik. Namun, yang perlu kita takuti adalah jika kita mengambil hak orang lain, sebab bisa jadi amal kita menjadi tebusannya.